Wednesday 16 May 2012

Paradigma Keyakinan Muslim (chapter 2)

*lanjutan Paradigma Keyakinan Muslim*

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

a.Pergantian Malam dan Siang

Fenomena berikutnya adalah pergantian malam dan siang. firman Allah yang artinya:
"Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat pelajarn yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan." (QS. 24/An Nur:44)
Perenungan terhadap pergantian malam dan siang dalam struktur yang tidak pernah berubah dan waktu yang tidak pernah telat, akan menggugah sensitifitas jiwa untuk memahami rahasia di balik rekayasa Allah dalam menggerakkannya.
Al Qur’an mengantarkan jiwa manusia untuk merenungkan fenomena alam ini, agar dapat menatapnya dengan pandangan dan interaksi yang selalu diperbaharui.
Malam dan siang sejak manusia temukan pertama kali sampai hari ini tidak ada yang berubah, tidak pudar keindahannya. Malam dan siang yang dulu pernah diimpikan tetaplah malam dan siang yang hari ini ditemui. Hati manusia-lah yang berubah dingin dan tidak peka, sehingga tidak lagi mampu mengaguminya.
Al Qur’an memperbaharui pandangan kita yang beku tentang malam dan siang sebagaimana pembaharuan yang terjadi pada malam dan siang itu sendiri. Menyaksikan setiap fenomena dengan penuh renungan, mencari apa rahasia di balik semua ini. Siapa yang mengendalikannya? Apa hikmahnya?.
Dengan cara ini, Allah menghendaki kita mampu memandang segala sesuatu sebagai nikmat yang baru pertama kali kita temukan, sehingga kita selalu merasakan pembaharuan nikmat di setiap waktu.
Fenomena alam memang indah dan menakjubkan. Dan fitrah kita sama dengan fitrah alam itu. Memancar dari sumber yang sama, keluar dari rahasia yang sama.
Berkomunikasi dengan rahasia malam dan siang memberikan kedamaian, kemesraan, dan kebahagiaan pertemuan dengan kerabat dekat yang lama terpisahkan.
Kita temukan nur Ilahi ada dalam fenomena malam dan siang. Allah Pemberi cahaya langit dan bumi. Dan kita temukan cahaya itu di ufuk barat dan ufuk timur, sebagaimana pancaran cahaya Ilahi itu ada dalam diri kita.
Dan masih banyak lagi fenomena alam lain yang menunjukkan pancaran tauhid, pengakuan akan ke-Esa-an Allah Yang Maha Pencipta dan Pengatur segalanya.

A. TAUHID DAN FITRAH MANUSIA

Tauhid adalah dasar penciptaan manusia sejak Adam alaihissalam pertama kali diciptakan. Tauhid menjadi fitrah mendasar penciptaan manusia sejak sebelum kelahirannya ke muka bumi. Manusia diambil kesaksiannya untuk mengakui ke-Esa-an Allah sebagai Tuhannya. Firman Allah yang artinya: 
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”." (QS. 7/Al A’raf: 172)

Demikianlah dasar penciptaan manusia dari yang tidak pernah ada. Firman Allah yang artinya:
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyaka manusia tidak mengetahui." (QS. 30/ Ar Rum: 30)
Rasulullah saw bersabda yang artinya:
"Setiap bayi, dilahirkan dalam keadaan fitrah (Islam/mengenal Allah), maka kedua orang tuanyalah yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi." (HR. At Thabrani dan Al Baihaqi)
Penyimpangan manusia dari fitrah tauhidnya ini terjadi karena pengaruh beberapa hal berikut ini, yaitu:

  1. Pendidikan yang salah,
  2. Godaan syetan,
  3. Mengikuti hawa nafsu.
  4. Sikap taqlid buta terhadap nenek moyang,
  5. Perbuatan dosa yang berakumulasi pada tertutupnya hati dari cahaya Allah.
Demikianlah Allah telah persiapkan manusia dengan fitrahnya itu untuk bertauhid kepada Allah. Dan untuk menyempurnakan potensi tauhid ini agar tumbuh dan berkembang dengan optimal, bersih dari noda syirik dan dosa, Allah mengutus para rasul sebagai teladan dan pemandu manusia.

B. KEDUDUKAN TAUHID

Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi bagi kehidupan manusia ini, yaitu:

  1. Tauhid merupakan dasar Aqidah Islamiyah. Pengakuan terhadap tauhid uluhiyah yang dinyatakan dengan kalimat syahadat membuat seseorang mendapatkan status muslim, dan orang yang mengingkarinya berstatus kafir.
  2. Tauhid melindungi jiwa, harta, dan kehormatan seseorang. Sabda Nabi yang artinya:
    "Aku diperintahkan memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, maka ketika mereka melakukan hal ini mereka akan terlindung jiwa, dan hartanya kecuali dengan haknya." Hadits Muttafaq ‘alaih
  3. Menyerukan tauhid adalah tugas utama para rasul sejak zaman nabi Nuh AS, sampai nabi Muhammad SAW. Tugas utama para rasul dapat dikelompokkan dalam dua tugas penting yaitu:
    1. Mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT
    2. Mengajak manusia untuk menjauhi thaghut (sesembahan selain Allah), firman Allah yang artinya:
      "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut." (QS. 16/An Nahl: 36)
      Dari itulah seruan pertama para nabi kepada kaumnya adalah :
      “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tidak Tuhan bagimu selain-Nya” QS. 7/Al A’raf: 59, 65, 73, 85.
      Demikanlah Al Qur’an menceritakan seruan Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib, dsb.
  4. Tauhid adalah hak Allah atas manusia. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, ra yang mengatakan :
    "Saya pernah duduk di belakang Nabi di atas seekor keledai, lalu Nabi bertanya kepadaku: “Hai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-Nya dan apa hak hamba atas Allah? Saya menjawab: Hanya Allah dan rasul-Nya yang mengetahui. Sabda Nabi: “Hak Allah atas hamba-Nya adalah agar mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan apapun. Dan hak hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun”. Saya bertanya: “Ya Rasulallah, bolehkan saya beritahukan ini kepada manusia? Jawab Nabi: “Jangan nanti mereka akan mengandalkannya semata (tidak berlomba mengerjakan amal kebajikan, red)." Hadits Muttafaq alaih.
    Hal ini karena Allah telah menciptakan manusia dan memberinya nikmat yang tak terhingga, maka seharusnya manusia bersyukur kepada-Nya, mentaati dan tidak mendurhakai-Nya.
  5. Tauhid adalah identitas kepribadian setiap muslim sepanjang hayatnya. Firman Allah yang artinya:
    "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supa mereka memberi Aku makan." (QS. 51/Adz Dzariyat:56-57)
    Maka orang yang menghabiskan umurnya tidak untuk beribadah kepada Allah, ia telah jatuh dari derajat manusia menuju kepada derajat hewan ternak atau lebih hina dari hewan ternak. Firman Allah yang artinya:
    "Dan orang-orang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka." (QS. 47/Muhammad: 12)
  6. Tauhid adalah seruan umat Islam kepada umat lain. Firman Allah yang artinya:
    "Katakanlah: “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tiak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ”Salsikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. 3/ Ali Imran: 6)
  7. Tauhid adalah penyebab seseorang mendapatkan syafa’at (pertolongan) Rasulullah di hari kiamat. Sabda Nabi yang artinya:
    "Orang yang paling beruntung dengan syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan “La ilaaha illallah” dengan ikhlas dari hatinya." (HR. Al Bukhari.)

C. MACAM-MACAM TAUHID

Keyakinan seorang muslim akan tauhid (ke-Esa-an Allah) mencakup tiga macam tauhid, yaitu: rububuyah, uluhiyyah, asma dan sifat.
  1. Rububiyyah
    Kata rububiyyah adalah bentuk nisbah (pengkaitan) kepada salah satu asma Allah yaitu Ar Rabb yang memiliki beberapa arti antara lain:
    1. Al Murabbiy, Yang Mengatur, Mendidik, dan Membesarkan
    2. An Nashir, Yang Menolong, dan Membela
    3. Al Malik, Yang Memiliki, Menguasai, dan Merajai
    4. Al Mushlih, Yang Memperbaiki
    5.  Al Wali, Yang Melindungi, Menguasai dan Memimpin

    Tauhid rububiyyah artinya: Meyakini bahwa hanya Allah Yang Maha Menciptakan, Memiliki, dan Mengatur alam ini. Tiada sekutu bagi Allah dalam berkuasa. Dan segal sesuatu selain Allah tidak ada yanag mampu mendatangkan manfaat (keuntungan) dan madharrat (kerugian) baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, kecuali atas izin dan kehendak Allah.
    Tauhid rububiyyah ini dapat diterima oleh setiap orang yang menggunakan akal sehatnya dengan baik. Misalnya dalam penciptaan makhluk ini Allah berfirman yang artinya:
    "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?" (QS. 52:At Thur:35)
    Kemungkinan logis yang dapat dipergunakan untuk menjawab pertanyaan ini adalah :
    1. Bahwa makhluk tidak ada yang menciptakan. Dan ini tidak masuk akal, bagaimana mungkin ada sesuatu yang tidak ada penciptanya.
    2. Bahwa makhluk itu menciptakan diri mereka sendiri. logika ini mustahil bagaimana mungkin sesuatu yang tidak ada dapat menciptakan dirinya sendiri.
    3. Bahwa pencipta itu ada, dan bukan makhluk itu sendiri, yaitu Allah. Dan inilah yang diajarkan kepada manusia.

    Ke-Esa-an Allah juga sangat jelas dalam kekuasan-Nya. Jika ada tuhan yang berkuasa lebih dari satu, maka kemungkinannya adalah:
    1. Saling melengkapi. Logika ini mustahil, kalau keduanya saling melengkapi maka sesungguhnya keduanya memiliki kelemahan, dan mustahil tuhan lemah.
    2. Bersaing saling mengalahkan untuk membuktikan siapa yang paling berkuasa, dan yang menanglah yang berkuasa. Secara logis pemenang itu hanya satu, dan yang kalah apa masih disebut tuhan, dst. Firman Allah yang artinya:
      "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah kedunya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan." (QS. 21/Al Anbiya: 2)

    Dari itulah tauhid ini diterima dengan bulat termasuk oleh kaum kafir. Firman Allah yang artinya:
    "Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Miscaya mereka akan menjawab: Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”." (QS. 43/Az Zukhruf: 9)
    Artinya:
    "Katakanlah:”Kepuanyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui. Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: Maka apakah kamu tidak ingat?” Katakanlah: “Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa?”. Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Lepunyaan Allah” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?”." (QS. 23/Al Mukminun: 84-89)
    Bahkan di tengah kesombongan Fir’aun yang mengaku diri sebagai tuhan, dalam hati kecilnya masih tetap mempercayai seruan Musa tentang Allah adalah Pencipta langit dan bumi. Firman Allah yang artinya:
    "Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran) nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan." (QS. 27/An Naml: 1)
    Demikianlah jawaban kaum musyrik. Mereka mengakui rububiyah Allah Yang Menguasai alam raya seluruhnya. Keyakinan ini seharusnya ditindak lanjuti dengan bertauhid kepada Allah dalam beribadah, dengan tidak menyekutukan Allah. Di sinilah letak kesalahan kaum musyrikin, mereka meyakini kekuasaan Allah tetapi tidak mengesakan penyembahan Allah.
  2. UluhiyyahUluhiyyah berasal dari kata “ilaah” artinya al ma’bud (yang disembah) dan al mutha’ (yang dipatuhi).
    Tauhid uluhiyyah artinya: meng-Esa-kan Allah dalam ibadah dan kepatuhan, atau dengan kata lain : meng-Esa-kan Allah dengan perbuatan hambanya seperti shalat, shiyam, zakat, haji, penyembelihan, nadzar, takut, harap, dan cinta yang semuanya dikerjakan dalam rangka mematuhi Allah, mengharap ridha-Nya, menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
    Dengan demikian tauhid uluhiyyah itu hanya dapat terwujud dengan dua hal, yaitu:
    1. Mengarahkan seluruh amal perbuatan manusia hanya kepada Allah (ikhlas)
    2. Melaksanakan ibadah sesuai dengan perintah dan larangan Allah (mutaba’ah)

    Tauhid uluhiyah inilah yang diformalkan dalam ucapan dua kalimah syahadat, bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.Dari itulah tauhid Uluhiyah ini merupakan bagian tauhid terpenting. Di atas tauhid inilah bangunan kehidupan didirikan, tatanan hukum (tasyri’) ditegakkan, sebab tidak ada hukum dan kepatuhan dalam semua urusan kecuali kepada Allah dan rasul-Nya. Firman Allah yang artinya:
    “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasannya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku”. (QS. 21/Al Anbiya: 25)
    Peran ibadah inilah yang sesungguhnya tugas utama diciptakannya jin dan manusia. Firman Allah yang artinya:
    "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. 51/Adz Dzariyat: 56)
    Untuk penegakan Tauhid Uluhiyyah inilah Allah mengizinkan berjihad dan penumpahan darah, sabda Nabi yang artinya:
    "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya aku adalah rasul (utusan) Allah. Jika mereka lakukan ini maka terpelihara darah dan hartanya, kecuali karean haknya." Hadits Muttafaq alaih.
    Perbedaan tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah :
    1. Rububiyyah berasal dari kata “ Ar Rabb”, sedang Uluhiyyah berasal dari kata “Al Ilaah”.
    2. Tauhid Rububiyah berkaitan dengan masalah-masalah kauniyah (perwujudan) seperti penciptaan, rizki, hidup dan mati. Sedang Tauhid Uluhiyah berkaitan dengan perintah dan larangan, halal dan haram.
    3. Tauhid Rububiyah diterima oleh kaum kafir, dan Tauhid Uluhiyah ditolak oleh kaum kafir.
    4. Tauhid Rububiyah berdampak pada sisi ilmiah (pengetahuan) sedang Tauhid Uluhiyah berdampak pada sisi amaliah
    5. Tauhid Rububiyah menjadi pengantar Tauhid Uluhiyah, sedang Tauhid Uluhiyyah merupakan konsekwensi logis dari tauhid Rububiyah
    6. Tauhid Rububiyah belum menjadikan orang yang mengimaninya sebagai muslim, sedang Tauhid Uluhiyah menjadikan orang yang mengimaninya sebagai muslim.
    7. Tauhid Rububiyah mengimani keesaan perbuatan-perbuatan Allah dalam Mencipta, Mengatur, dan Menguasai. Sedang Tauhid Uluhiyah mengesakan Allah dengan perbuatan-perbuatan manusia, seperti shalatm zakat dsb.
  3. Asma’ dan SifatTauhid Asma dan Sifat, artinya mengakui dan menyakini dengan sesungguh hati asma’ dan sifat Allah yang tercantum dalam Al Qur’an dan As Sunnah, tanpa ta’thil (menafikan maknanya), tahrif (merubah), tamtsil (menyerupakan) dan takyif (mereka-reka), sesuai dengan batas firman Allah yang artinya:
    "Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. 42:11)
    Bagian pertama dari ayat itu adalah : Tiada sesuatupun yang serupa dengan Dia; berisi peniadaan secara total terhadap penyerupaan dan rekaan terhadap asma dan sifat Allah.
    Dan bagian kedua: dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat; berisi penetapan asma dan sifat Allah secara terinci sekaligus penolakan terhadap ta’thil (peniadaan) dan tahrif (perubahan).

D. PENGARUH TAUHID BAGI KEHIDUPAN

Tauhid yang benar akan tampak pengarunya pada kehidupan pribadi dan , masyarakat.
  1. Kehidupan PribadiTauhid yang benar sangat tampak pengaruhnya pada kehidupan pribadi (personal), yaitu:
    1. Pembebasan seseorang dari penyembahan sesama makhluk, firman Allah yang artinya:
      "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan meurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus." (QS. 98/Al Bayyinah: 5)
    2. Kemerdekaan yang utuh sebagai makhluk ciptaan Allah dan hanya patuh kepada Allah. Firman Allah yang artinya:
      "Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. 39/Az Zumar: 29)
    3. Ketenangan hidup karena zikrullah; Firman Allah yang artinya:
      "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. 13/Ar Ra’du: 28)
    4. Memiliki izzah kekuatan dalam menghadapi tekanan fihak lain. Firman Allah yang artinya:
      "Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui." (QS. 63/Al Munafiqun: 8)
    5. Tidak terpecah potensi dan kekuatannya. Firman Allah yang artinya:
      "Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS. 6/Al An’am: 162-16)

      Artinya:
      "Dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdidi, lalu mereka berkata: “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran." (QS. 18/Al Kahfi: 14)
    6. Memiliki produktifitas kebaikan yang tinggi. Firman Allah yang artinya:
      "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS. 14/Ibrahim: 24-25)
      Artinya:
      "Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur." (QS. 7/Al A’raf: 58)
    7. Optimis dalam menghadapi persoalan dan tidak mudah putus asa dalam berusaha. Firman Allah tentang nabi Ya’qub yang terpisahkan dari Yususf yang artinya:
      "Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku adukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir." (QS. 12/Yusuf: 77-78)
    8. Berada dalam jaminan pertolongan Allah. Firman Allah yang artinya:
      "Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang yang berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: ”Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kami tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. 9/At Taubah: 40)
  2. Masyarakat
    1. Tauhid yang benar akan menjadi landasan dan bentuk masyrakat. Firman Allah yang artinya:
      "Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah?" (QS. 2/Al Baqarah: 138)
    2. Tauhid yang benar akan menjadi manhaj (jalan hidup) yang mengantarkan sebuah masyarakat mencapai kebahagiaannya, Firman Allah yang artinya:
      "Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. 9/At Taubah: 109)
    3. Tauhid yang benar akan menjaga masyarakat untuk senantiasa berada dalam keamanan dan kebenaran. Firman Allah yang artinya:
      "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. 6/Al An’am: 82)
      Dan salah satu bentuk ujian Allah kepada kaum yang kafir adalah tercabutnya rasa aman dari mereka. Firman Allah yang artinya:
      "Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteran, rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat." (QS. 16/An Nahl: 112)
    4. Tauhid yang benar akan membuka barakah rizki dari langit dan bumi kepada mayarakat . Firman Allah yang artinya:
      "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastila Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. 7/Al A’raf: 96)
    5. Tauhid yang benar akan menghindarkan masyarakat dari kehancuran. Firman Allah yang artinya:
      "Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang membuat kerusakan." (QS. 7/Al A’raf: 102)
    6. Tauhid yang benar akan membuka peluang umat Islam untuk menegakkan kekhalifahannya di muka bumi, sebagaimana misi awal penciptaan manusia. Firman Allah yang aartinya:
      "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, seusudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (QS. 24/An Nur:55)
    7. Tauhid yang benar akan menjamin keseimbangan hidup. Karena seluruh alam ini akan stabil jika dikendalikan oleh satu penguasa yaitu: Allah Yang Maha Kuasa. Firman Allah yang artinya:
      "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai ‘Arsy daripada apa yang mereka sifatkan." (QS. 21/Al Anbiya’: 22)

Wallahu a’lam
Pondok Gede, Mei 2002
Muhith Muhammad Ishaq

WAALAIKUMUSSALAM WARAHMATULLAH WABAROKATUH ^^

Baca selengkapnya

Sunday 6 May 2012

Paradigma Keyakinan Muslim

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh


A. MAKNA TAUHID
Kata “tauhid” dalam bahasa Arab merupakan bentuk masdar (kata dasar) dari kata : wahhada-yuwahhidu-tauhid yang berarti meng-esa-kan/mengakui ke-esa-an. Dalam perkembangan bahasa Arab kata tauhid diartikan sebagai sesuatu yang berbeda dari segalanya. 
Kata “tauhid” termasuk dalam kategori af’al qalbi (kerja hati), yaitu: mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan, kekuasaan, dan kepemilikan (rububiyah), juga dalam penyembahan, permintaan dan harapan (uluhiyyah), asma’ (nama) dan sifat. 
Dalam perkembangan terakhir kata “tauhid” dipergunakan untuk menyebut satu bidang ilmu yang mampu dipergunakan untuk menetapkan keyakinan-keyakinan agama dengan dalil-dalil yang qath’iy (pasti). 

B. TAUHID, FENOMENA ALAM RAYA
Tauhid yang berarti mengakui ke-Esa-an Allah dalam penciptaan pemeliharaan dan pengabdian sangat jelas terbukti dalam kehidupan alam raya ini. Sikap tauhid itu ditunjukkan oleh alam raya dalam kepatuhannya menjalankan sunnatullah (ketentuan Allah ) dengan konsisten dan komitmen, tidak ada intervensi sunnah lain bagi mereka. 
Lihatlah matahari, bulan, bintang, hewan dan tumbuhan. Mereka semua bergerak dalam sunnatullah yang tidak pernah berubah. Firman Allah yang artinya: 
"Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemuipenyimpangan bagi sunnah Allah itu." (QS. 35/Fathir: 43)
Makhluk-makhluk itu tidak mengenal pencipta dan pengatur lain selain Allah, sehingga mereka terus bertasbih mensucikan Allah, Firman Allah yang artinya: 
"Tidakkah kamu tahu bahwasannya Allah; kepada-Nya bertasbih apa yang ada di langit dan di bumi dan juga burung-burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah engetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (QS. 24/An Nur: 41)
Manusia tidaklah satu-satunya makhluk di alam ini. Di sekitarnya, kiri kanannya, atas bawahnya, sejauh mata memandang, atau ke manapun ia membayangkan, di sana ada makhluk Allah yang lain, dengan karakter, bentuk, dan warna yang berbeda. Akan tetapi semuanya bersatu dalam menghadap Allah, bertasbih memuji Allah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui tentang apa yang mereka kerjakan. 
Demikianlah burung yang terbang dengan mengembangkan sayapnya di angkasa lepas, tetap bertasbih memuji Allah. Masing-masing telah mengetahui cara sembahyang dan tasbihnya. Dan manusialah yang sering kali lupa bertasbih kepada Tuhannya. Padahal manusialah makhluk Allah yang paling layak beriman, bertasbih, dan sembahyang. 
Seluruh alam yang tampak nyata ini khusyu’ dalam menghadap Penciptanya, bertasbih memuji-Nya, berdiri menyembah-Nya. Demikianlah fitrah alam semesta, patuh kepada kehendak Penciptanya. Hal ini tercermin dalam siklusnya. 
Dan ketika manusia dapat berperan secara maksimal dalam kepatuhan dan kekhusyukan menghadap Allah, maka ia akan dapat menemukan kebersamaan dengan makhluk lain di alam ini dalam bertasbih. 
Rasulullah SAW mampu mendengarkan tasbih bebatuan ketika sedang berjalan. Rintihan batang pohon kurma, yang pernah dipakai sebagai mimbar di masjidnya. [Al Jazairi, Abu Bakar Jabir, Aqidatul-Mu’min, (Beirut:. Dar El Fikr, T. th) h. 236-237] Nabi Daud AS ketika tilawah karena keindahan suranya membuat gunung-gunung termangu, dan burung-burung terbang diam menunggu.[Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim, op cit, Jilid III, h. 252]

a. Fenomena Awan dan Hujan

Awan dan hujan adalah fenomena alam yang kurang mendapat perhatian, padahal sangat indah untuk direnungkan, banyak memberi pelajaran, obyek observasi dan bukti pancaran nur Ilahi, kebenaran dan keimanan. Firman Allah yang artinya: 
"Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan ke luar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. 24/An Nur:43)
Allah terangkan fenomena awan dengan perlahan-lahan dalam tahapan yang memberikan peluang perenungan pada setiap tahapan terjadinya hujan. Proses yang detail itu agar mampu menyentuh jiwa dan menyadarkannya, merenungkan tadbir (rekayasa) Allah yang ada di balik semua fenomena. 
Hanya Allah yang menggiring awan dari satu tempat ke tempat lainnya, menyebar dan mengumpulkannya. Ketika sudah tebal tersusun dari sekian banyak lapisan barulah keluar air, dan turunlah hujan lebat. Awan yang menggumpal bagaikan gunung-gunung besar di atas angkasa. Dan dalam awan itu terdapat pula kristal-kristal salju. 
Menyaksikan fenomena awan bagaikan gunung sangat jelas nyata bagi orang yang berada di atas pesawat terbang. Pesawat itu terbang di atas gumpalan-gumpalan awan, menembus atau menerobos di sela-selanya. Fenomenanya menjadi gunung sungguhan bukan seperti gunung. Al Qur’an menceriterakan awan dengan penggambaran hakiki yang dapat dibuktikan dengan mata kepala. 
Gunung-gunung di atas angkasa itu hanya patuh kepada Allah SWT. Ia akan berarak sesuai dengan arah yang Allah kehendaki, dan menghidar dari yang arah yang Allah tidak kehendaki. Dengan awan dan hujan Allah merahmati manusia dan dengan awan dan hujan itu pula Allah pernah menurunkan azab-Nya. 
Fenomena awan ini, Allah lengkapi dengan kilau kilat, yang semakin menambah indah suasana. Perpaduan antara cahaya besar yang memenuhi alam dengan kilau kilat yang membelah awan.

Waalaikumussalam warahmatullah wabarokatuh


to be continue :))
Baca selengkapnya

Membaca Al-Qur'an Tanpa Berwudhu

Apakah hukum orang yang membaca Al-Qur’an sementara dia dalam kondisi tidak berwudhu, baik dibaca secara hafalan maupun dibaca dari mushaf?


Seseorang boleh membaca Al-Qur’an tanpa wudhu bila bacaannya secara hafalan sebab tidak ada yang mencegah Rasulullah shallallahu ‘alaihii wa sallam membaca Al-Qur’an selain kondisi junub. Beliau pernah membaca Al-Qur’an dalam kondisi berwudhu dan tidak berwudhu. Sedangkan terkait dengan mushaf, maka tidak boleh bagi orang yang dalam kondisi berhadats untuk menyentuhnya, baik hadats kecil maupun hadats besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.“(Al-Wa-qi’ah: 79). Yakni orang-orang yang suci dari semua hadats, najis dan syirik. Di dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihii wa sallam yang dimuat di dalam surat beliau kepada pegawainya yang bernama Amru bin Hizam, beliau menyebutkan, لاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرًا “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang dalam kondisi suci.” (Muwaththa’ Imam Malik, kitab Al-Qur’an, Hal. 199; Sunan ad-Darimi, kitab ath-Thalaq (2183)). Hal ini merupakan kesepakatan para imam kaum muslimin bahwa orang yang dalam kondisi berhadats kecil ataupun besar tidak boleh menyentuh mushaf kecuali ditutup dengan pelapis, seperti mushaf tersebut berada di dalam kotak atau kantong, atau dia menyentuhnya dilapisi baju atau lengan baju. *** Artikel Muslimah.or.id Rujukan: Kumpulan Fatwa-Fatwa Syaikh Shalih al-Fauzan, Dalam Kitab Tadabbur Al-Qur’an, hal. 44.

Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 1, penerbit Darul Haq.
Baca selengkapnya

Friday 4 May 2012

ISLAM, IMAN, dan IHSAN

ISLAM, IMAN, dan IHSAN


Dari Umar radiallahuanhu juga ia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah SAW. Suatu hat tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan rambut sangat hitam, tifak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya.

Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya Rasulullah SAW. Seraya berkata :
"Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam.",
Maka bersabdalah Rasulullah SAW :
"Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu",
Kemudian dia berkata :
"Anda benar".

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi:
"Beritahu aku tentang Iman.",
Lalu Beliau bersabda:
"Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk"
Kemudian dia berkata :
"Anda benar".

Kemudian dia berkata lagi:
"Beritahu aku tentang ihsan.",
Lalu beliau bersabda:
"Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau"

Kemudaian dia berkata:
"Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)",
Beliau bersabda:
"Yang ditanya tidak lebih tau dari yang menanya."
Dia berkata:
"Beritahukan aku tentang tanda-tandanya",
Beliau bersabda:
"Jika seorang hamba melahirkan tuanya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba menginginkan bangunannya",

Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) betanya :
"Tahukah engkau siapa yang bertanya?".
Aku berkata:
"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui".
Beliau bersabda:
"Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian".

(Riwayat Muslim)
Baca selengkapnya